Tuesday, March 9, 2010

Monster di Kota Perth – Pertambangan Menggusur Petani


Perusahaan yang berpusat di Perth, Indo Mines Ltd dan Kimberley Diamonds tengah terlibat dalam upaya pengusiran yang sadis terhadap petani-petani Indonesia dari tanah tradisional mereka.

Di Kulon Progo, Yogyakarta, sebuah komunitas masyarakat otonom yang terdiri dari ribuan petani tengah menghadapi nasib mereka yang mengerikan—yaitu sebuah keharusan untuk memperjuangkan hidup mereka. Setelah menyempurnakan sendiri teknik pertanian di atas lahan pasir di mana mereka tinggal, dengan seenaknya mereka dikabari bahwa tanah mereka yang subur mengandung cadangan pasir besi yang sangat besar, yang mana Sultan Yogyakarta, pemerintah Indonesia dan perusahaan dari Perth Indo Mines dan Kimberley Diamonds merasa sangat antusias untuk mengeksploitasi tanah tersebut demi profit, dengan atau tanpa ijin para petani.

Perjuangan para petani demi kebebasan tanah mereka telah berlangsung sejak pertama kali komunitas mereka mendengar kabar mengenai rencana penambangan pada 2006. Sejak saat itu, para petani telah membentuk sebuah komunitas yang independen dan organisasi yang dijalankan secara konsensus. PPLP (Paguyuban Petani Lahan Pasir) telah memobilisasi perlawanan dalam jumlah dan intensitas yang mencengangkan. Para petani telah melakukan berbagai demonstrasi dalam jumlah ribuan orang, menduduki kantor-kantor pemerintah di Kulon Progo dan di provinsi Yogyakarta, dan telah mengalami juga sebuah serangan yang kejam oleh sebuah milisi fasis dan polisi dan telah pula berjuang membebaskan seorang warga dari tahanan polisi. Informasi lebih lanjut mengenai aksi-aksi yang dilakukan sejauh ini dan komunitas petani yang anti hirarkis dan berstruktur komunal dapat dibaca dalam bahasa Inggris di:

http://hidupbiasa.blogspot.com/2009/12/tale-of-sand.html and http://hidupbiasa.blogspot.com/2009/12/thousands-of-kulon-progo-farmers-resist.html and in Bahasa Indonesian at http://kulonprogotolaktambangbesi.wordpress.com.

Dua orang aktifis dari Perth baru-baru ini telah mengunjungi sebuah desa di Kulon progo untuk menyaksikan sendiri perjuangan petani melawan perampasan tanah mereka. Kami melakukan interview kepada beberapa petani mengenai kehidupan mereka dan pandangan mereka tentang kampanye solidaritas untuk membantu mempertahankan tanah mereka sambil bersama-sama menanam benih cabe, minum air kelapa yang segar di ladang dan makan semangka yang baru saja dipanen. Ketika kami mengatakan bahwa dalam website nya, Indo Mines menyatakan bahwa “area dalam lingkup proyek pertambangan tergolong sebagai wilayah yang sangat marjinal untuk pertanian dengan hanya sedikit area yang menyokong pertanian tradisional. Perusahaan kami percaya bahwa proyek pertambangan akan membawa dampak yang positif terhadap aktifitas-aktifitas tersebut”, seorang petani merespon bahwa mereka yang menyatakan hal itu tidak pernah mengunjungi ladang-ladang kami untuk menyaksikan sendiri kesuburannya atau berkonsultasi dengan kami padahal hal itu seharusnya dilakukan. Kenyataanya, Kulon Progo relative makmur dibandingkan dengan desa-desa pertanian lainnya di Jawa mengingat banyaknya varietas tanaman dan jumlah tanaman pangan yang ditanam di lahan yang akan dijadikan area pertambangan. Seorang petani yang kami interview, menyatakan bahwa “seratus ribu orang makan dari tanaman pangan yang kami tanam di tanah ini”. Kulon Progo juga sangat signifikan dalam hal jumlah pemuda yang tinggal dan bertani di daerah tersebut. Tidak seperti wilayah lain di Jawa dan Australia di mana kebanyakan pemuda meninggalkan komunitas desa yang kecil untuk bekerja di kota-kota besar, bertani dipandang sebagai pilihan hidup yang menarik bagi generasi muda.

Tak ada satupun orang di Kulon Progo yang yakin kapan pertambangan akan dimulai, atau tentang seberapa jauh perkembangan rencana tersebut saat ini, karena pemerintah dan korporasi tidak pernah memberikan informasi yang pasti mengenai niatan pertambangan tersebut. Namun ada satu hal yang pasti bahwa: banyak petani Kulon Progo yang bersedia mati mempertahankan tanah mereka. Bagi mereka, bertani adalah hidup mereka. Dengan bekerja di pabrik atau di perusahaan tambang, menjadi pekerja-upahan, meninggalkan tanah mereka dan menjadi pengungsi adalah sebuah pengorbanan otonomi mereka, jalan hidup mereka dan kebebasan mereka, yang tidak akan dapat mereka terima. Pera petani yang kami ajak berbincang menginginkan agar investor dari Perth dan Australia yang terlibat dalam proyek ini agar mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, agar mengetahui bahwa mereka tengah melancarkan usaha penggusuran secara paksa dan kejam kepada para petani dari tanah mereka sendiri. Apabila para investor mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, dan bahwa mereka saat ini tidaklah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, mereka akan secara sadar terlibat dalam sebuah tindakan penyerangan terhadap komunitas yang otonom dan mereka telah menjadi musuh kebebasan.

Pak Tukijo—salah satu koordinator PPLP, ketika mencoba mencari informasi mengenai proses pertambangan dan polemik kepemilikan tanah, telah dituduh melakukan penyerangan serupa penghinaan (pencemaran nama baik). Pada persidangan terakhir, seribu petani menunjukkan kekuatan mereka dan solidaritas untuk kawan mereka. Sebelum demonstrasi, (kami) dua orang kulit putih satu-satunya yang tampil ditahan oleh polisi, dan hanya akan dibebaskan setelah demonstrasi berakhir. Polisi menyatakan bahwa mereka takut kalau “media massa akan menyadari bahwa kampanye solidaritas Kulon progo telah mencapai level internasional”. Signifikansi solidaritas internasional juga disampaikan oleh petani Kulon progo yang meminta para aktifis Australia untuk melakukan aksi kampanye perlawanan terhadap investor dan perusahaan Australia tersebut. Hari ini kami mengungkap isu tersebut dan juga tentang partisipasi Indo Mines dan Kimberley Diamonds di dalamnya, kami menuntut agar dua perusahaan tersebut memahami situasi penolakan yanga ada dan kemudian menarik segala upaya mereka untuk proyek pertambangan. Dan apabila mereka tidak dapat mendengar tuntutan kami, maka setiap orang yang membaca pesan ini di Perth yang berniat terlibat dalam even-even yang lebih jauh, tentang informasi dan kampanye solidaritas untuk mencegah kapital Australia berkembang dapat mengirim imel ke KPSolidaritas[at]riseup.net. Melbourne Anarchist Club (MAC) juga telah memulai aksi solidaritas di Melbourne, kontak mereka adalah kpsoli@gmail.com dan website http://kpsolidarity.wordpress.com/

Di samping semuanya, dari kunjungan kami, kami mempelajari bawa para petani Kulon Progo adalah sebuah komunitas yang lugu/baik, yang hanya ingin hidup sendiri tanpa otoritas untuk menanam tanaman mereka dan hidup tanpa campur tangan negara dan kapital. Dan selayaknya harimau yang tersudut, mereka tidak takut untuk secara militan mempertahankan kebebasan mereka dari ancaman semua orang di luar mereka. Kekuatan dari kampanye mereka berasal dari kesadaran politik mereka yang cerdas, penggunaan konsensus dalam proses pembuatan keputusan, ketidakpercayaan mereka terhadap negara dan kapital, penolakan mereka terhadap sistem perwakilan, mediasi dan LSM, penekanan mereka pada solidaritas, mutualisme, aksi langsung dan selebihnya, komitmen absolut mereka pada tanah dan kebebasan.

Foto di bawah ini adalah foto di sebuah ladang di Kulon Progo pada waktu panen semangka dan pada waktu demonstrasi di luar pengadilan selama sidang putusan Pak Tukijo.

Link: http://perth.indymedia.org/?action=newswire&parentview=150334

No comments:

Post a Comment